MAKALAH
DPMKL
OLEH:MELKIANUS BANSOLE
NIM. PO 530333010764
TINGKAT III REG I
POLITEKNIK KEMENKES
KESEHATAN KUPANG
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan unsur yang
vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air,
karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia.
Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi
oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit.
Dari total jumlah air
yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan
sisanya adalah air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini
adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya
populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum
Begitu peliknya masalah
ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi
“pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan
pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.
Disamping bertambahnya
populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab
berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke
daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di
bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga
menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan.
Penyediaan air bersih di
Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari
kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap dari masyarakat.Masalah penyehatan lingkungan
pemukiman khususnya pada pembuangan tinja juga merupakan salah satu dari
berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana
pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah,
karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian
khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan
masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare,
typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis
bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat
sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :
1.
Tidak
memncemari sumber air minum
2.
Tidak
berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3.
Air
seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu
lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah
lobang jongkok.
4.
Mudah
dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5.
Dilengkapi
dengan dinding dan penutup
6.
Cukup
penerangan dan sirkulasi ud
7.
Luas
ruangan yang cukup
8.
Tersedia
air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga)
yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk
diri sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang
masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan
sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowel,
leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan
pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan
lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak
jamban dan sumber air bersih adalah sebagai berikut :
1.
Kondisi
daerah, datar atau miring
2.
Tinggi
rendahnya permukaan air
3.
Arah
aliran air tanah
4.
Sifat,
macam dan struktur tanah
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai
jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban
secara teratur sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam
jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus
berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.
B. Masalah
Masalahnya
adalah air bersih dan jamban
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui inti masalah,penyebab masalah dan akibat dari masalah dengan
menggukan metode pohon masalah.
2. Untuk
mengetahui prioritas masalah dengan menggunakan metode USG
3. Untuk
mengetahui tindak lanjut yang akan dilakukan.
BAB
III
GAMBARAN
UMUM LOKASI
Pulau
Ende yang luasnya 63.03 km2ini terletak di sebelah selatan Pulau
Flores, tepatnya di barat daya kota Ende. Pulau Ende merupakan suatu wilayah
kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Ende. Kecamatan Pulau Ende sendiri terbagi
atas 7 desa yang hampir seluruhnya terletak disepanjang pesisir Pulau Ende.
Beberapa
waktu yang lalu, Pulau Ende yang dihuni oleh sekitar 2.000 keluarga ini dikenal
sebagai Pulau “Ranjau”. Ranjau merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat
di Pulau Ende sendiri untuk kotoran manusia yang terhampar di sepanjang pantai.
Kebiasaan buruk inilah yang mengakibatkan Pulau Ende selalu diserang wabah
diare, yang tidak jarang mengakibatkan kematian, khususnya anak-anak.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Kecamatan Pulau Ende
dinyatakan sebagai daerah yang rawan terserang wabah diare. Bahkan sebelum
tahun 2006, terjadi beberapa kali kejadian luar biasa wabah diare di pulau ini.Berikut
data akses kepemilikan sarana air bersih dan sanitasi (jamban) di pulau Ende :
Pada umumnya
desa-desa pesisir di Pulau Ende tidak
lepas dari masalah “Ranjau”, Diare dan KLB. Permasalahan ini menjadi semakin
kompleks dengan minimnya sumber air bersih yang tersedia dan memenuhi syarat
kesehatan. Data WES – Prov. NTT (water and environmental sanitation), sebuah
LSM dibawah naungan UNICEF, menyatakan bahwa tujuh desa di Pulau Ende,
bermasalah dengan akses terhadap air bersih dan sarana sanitasi.
Dari data
Dinkes Kabupaten Ende terlihat bahwa cakupan saran kepemilikan sarana sanitasi
(jamban) di pulau Ende hanya 29 %, dan hanya 13 % diantaranya yang memenuhi
syarat. Sedangkan untuk cakupan air bersih di Pulau Ende tidak terdata. Sarana
penyediaan air bersih di Pulau Ende berupa sumur gali tradisional yang sangat
tidak memenuhi syarat baik dari segi kuantitas maupun kualitas kesehatan airnya
dan kualitas teknis sarananya. Menjadi permasalahannya adalah
kandungan salinitas pada air sumur yang tinggi akibat dari intrusi air laut.
Selain itu, potensi pencemaran mikroba patogen terhadap sumber air juga sangat
tinggi, sebagai akibat dari perilaku masyarakat yang membuang hajat disembarang
tempat khususnya disepanjang pesisir pantai.
Masalah
kesehatan lingkungan merupakan sebuah masalah kompleks yang saling berkaitan
dengan berbagai faktor dan bidang kajian. Peran faktor ekonomi, sangat terasa
dalam hal kesanggupan warga masyarakat untuk mengadakan sarana air bersih dan
sanitasi bagi dirinya sendiri. WES juga mencatat bahwa faktor ekonomi
(pendapatan) masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan
tradisional sangat berpengaruh dalam hal ini. Dengan pendapatan yang jauh
dibawah rata-rata, maka dirasa sangat tidak mungkin bagi masyarakat untuk dapat
mengadakan sarana penyediaan air bersih dan sanitasi yang memenuhi syarat
kesehatan secara perorangan (masing-masing perkeluarga).
BAB
III
MANAJEMEN
MASALAH
A.
Analisis
Masalah
INTI MASALAH
PENYEBAB
B.
Prioritas
Masalah
METODE USG
Masalah
|
Urgensi
|
keSeriusan
|
Growth
|
Total
|
air bersih
|
1
|
1
|
1
|
3
|
Jamban
|
1
|
1
|
1
|
3
|
Sumur gali
|
1
|
1
|
1
|
3
|
Sampah
|
1
|
1
|
1
|
3
|
Keteranagan:
Ø Amat
penting : (1)
Ø penting
(2)
Ø Cukup
penting (3)
Ø Tidak
penting (4)
Ø Sangat
tidak penting (5)
C.
Matrikx
rencana tindak lanjut untuk setiap isu
ISU(penyebab utama)
|
Akar masalah
|
Tujuan dan Sasaran
|
Strategi
|
Kegiatan
|
·
Minimnya sumber air bersih yang
tersedia
·
Jamban yang tidak memenuhi syarat
|
·
Tingkat kesadaran masyarakat dalam
membuang tinja
·
Kandungan salinitas pada sumur gali
·
Ekonomi lemah dalam menyediakan sarana
air bersih dan jamban
|
Tujuan
·
Meningkatkan kualitas lingkungan yang
memenuhi syrat,
·
meniningkatkan sarana air bersih yang
memenuhi syarat
·
meningkatkan sarana jamban yang
memenuhi syarat
Sasaran
·
Meningkatkan kesadarn masyarakatdalam
membuang tinja
|
Penyediaan
sarana jamban yang memenuhi syrat,penyediaan,,rehabilitasi sumur gali menjadi
kedap air
|
1.renovasi
sumur gali yang tidak memenuhi syrat.
2.membangun
sarana jamban yang belum memiliki pada masing-masing RT
3.renovasi
jamban yang belum memenuhi syarat
|
BAB IV
KESIMPULAN
Dari
hasil diatas dapat disimpulkan bahwa analisis masalah menggunakan pohon
masalah,inti masalah adalah minimnya air bersih,penyebabnya ekonomi rendah
karna sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan,juga sumur gali tidak
memenuhi syrat,banyak penduduk yang membuang hajat sembarangan dan salinitas
air bersih sangat tinggi sedangakan akibat dari masalah ini adalah terjadi
wabah diare dan kematian pada anak-anak.