Jumat, 21 Desember 2012


MAKALAH
DPMKL

OLEH:MELKIANUS BANSOLE
NIM. PO 530333010764
TINGKAT III REG I

POLITEKNIK KEMENKES KESEHATAN KUPANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit.
Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum
Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada suatu saat nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak dan gas bumi.
Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan.
Penyediaan air bersih di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap dari masyarakat.Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja juga merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :
1.      Tidak memncemari sumber air minum
2.      Tidak berbau tinja dan tidak bebas  dijamah oleh serangga maupun tikus.
3.      Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.
4.      Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5.      Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6.      Cukup penerangan dan sirkulasi ud
7.      Luas ruangan yang cukup
8.      Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowel, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih adalah sebagai berikut :
1.      Kondisi daerah, datar atau miring
2.      Tinggi rendahnya permukaan air
3.      Arah aliran air tanah
4.      Sifat, macam dan struktur tanah
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang  jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.

B.     Masalah
Masalahnya adalah air bersih dan jamban

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui inti masalah,penyebab masalah dan akibat dari masalah dengan menggukan metode pohon masalah.
2.      Untuk mengetahui prioritas masalah dengan menggunakan metode USG
3.      Untuk mengetahui tindak lanjut yang akan dilakukan.











BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI

Pulau Ende yang luasnya 63.03 km2ini terletak di sebelah selatan Pulau Flores, tepatnya di barat daya kota Ende. Pulau Ende merupakan suatu wilayah kecamatan di wilayah administrasi Kabupaten Ende. Kecamatan Pulau Ende sendiri terbagi atas 7 desa yang hampir seluruhnya terletak disepanjang pesisir Pulau Ende.
Beberapa waktu yang lalu, Pulau Ende yang dihuni oleh sekitar 2.000 keluarga ini dikenal sebagai Pulau “Ranjau”. Ranjau merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat di Pulau Ende sendiri untuk kotoran manusia yang terhampar di sepanjang pantai. Kebiasaan buruk inilah yang mengakibatkan Pulau Ende selalu diserang wabah diare, yang tidak jarang mengakibatkan kematian, khususnya anak-anak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Kecamatan Pulau Ende dinyatakan sebagai daerah yang rawan terserang wabah diare. Bahkan sebelum tahun 2006, terjadi beberapa kali kejadian luar biasa wabah diare di pulau ini.Berikut data akses kepemilikan sarana air bersih dan sanitasi (jamban) di pulau Ende :

Pada umumnya desa-desa pesisir di Pulau Ende  tidak lepas dari masalah “Ranjau”, Diare dan KLB. Permasalahan ini menjadi semakin kompleks dengan minimnya sumber air bersih yang tersedia dan memenuhi syarat kesehatan. Data WES – Prov. NTT (water and environmental sanitation), sebuah LSM dibawah naungan UNICEF, menyatakan bahwa tujuh desa di Pulau Ende, bermasalah dengan akses terhadap air bersih dan sarana sanitasi.
Dari data Dinkes Kabupaten Ende terlihat bahwa cakupan saran kepemilikan sarana sanitasi (jamban) di pulau Ende hanya 29 %, dan hanya 13 % diantaranya yang memenuhi syarat. Sedangkan untuk cakupan air bersih di Pulau Ende tidak terdata. Sarana penyediaan air bersih di Pulau Ende berupa sumur gali tradisional yang sangat tidak memenuhi syarat baik dari segi kuantitas maupun kualitas kesehatan airnya dan kualitas teknis sarananya. Menjadi permasalahannya adalah kandungan salinitas pada air sumur yang tinggi akibat dari intrusi air laut. Selain itu, potensi pencemaran mikroba patogen terhadap sumber air juga sangat tinggi, sebagai akibat dari perilaku masyarakat yang membuang hajat disembarang tempat khususnya disepanjang pesisir pantai.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan sebuah masalah kompleks yang saling berkaitan dengan berbagai faktor dan bidang kajian. Peran faktor ekonomi, sangat terasa dalam hal kesanggupan warga masyarakat untuk mengadakan sarana air bersih dan sanitasi bagi dirinya sendiri. WES juga mencatat bahwa faktor ekonomi (pendapatan) masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional sangat berpengaruh dalam hal ini. Dengan pendapatan yang jauh dibawah rata-rata, maka dirasa sangat tidak mungkin bagi masyarakat untuk dapat mengadakan sarana penyediaan air bersih dan sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan secara perorangan (masing-masing perkeluarga).

























BAB III
MANAJEMEN MASALAH

A.    Analisis Masalah
                                                                            













                                                                                  INTI MASALAH
 


                                                                                                 

 








                                                                                            PENYEBAB
B.     Prioritas Masalah
METODE USG
Masalah
Urgensi
keSeriusan
Growth
Total
 air bersih
1
1
1
3
Jamban
1
1
1
3
Sumur gali
1
1
1
3
Sampah
1
1
1
3

Keteranagan:
Ø  Amat penting : (1)
Ø  penting (2)
Ø  Cukup penting (3)
Ø  Tidak penting (4)
Ø  Sangat tidak penting (5)













C.    Matrikx rencana tindak lanjut untuk setiap isu

ISU(penyebab utama)
Akar masalah
Tujuan dan Sasaran
Strategi
Kegiatan
·         Minimnya sumber air bersih yang tersedia
·         Jamban yang tidak memenuhi syarat
·         Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang tinja
·         Kandungan salinitas pada sumur gali
·         Ekonomi lemah dalam menyediakan sarana air bersih dan jamban
Tujuan
·         Meningkatkan kualitas lingkungan yang memenuhi syrat,
·         meniningkatkan sarana air bersih yang memenuhi syarat
·         meningkatkan sarana jamban yang memenuhi syarat
Sasaran
·         Meningkatkan kesadarn masyarakatdalam membuang tinja

Penyediaan sarana jamban yang memenuhi syrat,penyediaan,,rehabilitasi sumur gali menjadi kedap air
1.renovasi sumur gali yang tidak memenuhi syrat.
2.membangun sarana jamban yang belum memiliki pada masing-masing RT
3.renovasi jamban yang belum memenuhi syarat






BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa analisis masalah menggunakan pohon masalah,inti masalah adalah minimnya air bersih,penyebabnya ekonomi rendah karna sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan,juga sumur gali tidak memenuhi syrat,banyak penduduk yang membuang hajat sembarangan dan salinitas air bersih sangat tinggi sedangakan akibat dari masalah ini adalah terjadi wabah diare dan kematian pada anak-anak.